Senin, 29 April 2013

Tulisan 3: Koping

KOPING

Akibat stres berkepanjangan adalah terjadinya kelelahan baik fisik maupun mental, yang pada akhirnya melahirkan berbagai macam keluhan/gangguan. Individu menjadi sakit. Namun sering kali penyebab sakitnya tidak diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari lagi tekanan/stres yang dialaminya. Tanpa disadari, individu menggunakan jenis penyesuaian diri yang kurang tepat dalam menghadapi stresnya.

Sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang sehat/baik/sesuai dengan stres yang dihadapi, meskipun stres/tekanan tersebut tetap ada, indivu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup secara sehat. Bahkan tekanan-tekanan tersebut akhirnyab justru akan memungkinkan individu untuk memunculkann potensi-potensimanusiawinya dengan optimal. Penyesuaian diri dalam menghadapi stres, dalam konsep kesehatan mental dikenal dikenal dengan sitilah koping (coping)

PENGERTIAN DAN JENIS COPING

Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental. Koping berasal dari kata coping yang bermaknsa harafiah pengatatasan atau penanggulangan (to cope with: mengatasi, menanggulangi). Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving). 

Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:
  1. Tindakan Langsung (Direct Action): setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialaminya.
  2. Peredaan/Peringanan (Palliation): Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/menghilangkan/menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan/fisik, motorik atau gambaran afeki dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. 
 
JENIS-JENIS KOPING
 
Harber & Runyon (1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif:
  • Penalaran (Reasoning): yaitu prnggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudia memilih salah satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi, kemudian membaut alternatif-alternatif pemecahannya, kemudia memilih alternatif yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
  • Objektifitas : yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalran maupun tingkah laku. 
  • Konsentrasi: Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi.
  • Humor: Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang, dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
  • Supresi : Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan rekasi yang lebih konstruktif.
  • Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas: yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidakjelasan tersebut.
  • Empati: Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain. 
 
APA (1994) yang menerbitkan DSM-IV juga menyebutkan sejumlah koping yang sehat yang merupakan bentuk penyesuaian diri yang paling tinggi dan paling baik (high adaptive level) dibandingkan dengan jenis koping lainnya, yaitu:           
 
  1. Antisipasi : berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berharap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengatisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut.
  2. Afiliasi: berhubungan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabt dengan mereka.
  3. Altruisme: merupakan salah satu bentuk kopingdengan cara mementingkan kepentingan orang lain.
  4. Penegasan Diri (Self Assertation) : individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
  5. Pengamatan diri (Self Observation): Pemngamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri dan seterusnya.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.      


Tulisan 2: Pengertian Stres

Pengertian Stress




 
(image from:  http://www.surelifehypnotherapy.co.uk/hypnotherapy-and-you/stress-anxiety)

Pada tingkat tertentu sebenarnya kita memerlukan stress. Stress yang optimal akan membuat motivasi menjadi tinggi, orang menjadi lebih bergairah, daya tangkap dan persepsi menjadi tajam, menjadi tenang, dan lain-lain. Adapun stress yang terlalu rendah akan mengakibatkan kebosanan, motivasi menjadi turun sering bolos, dan mengalami kelesuan. Sebaliknya stress yang terlalu tinggi mengakibatkan insomnia, lekas marah, meningkatnya kesalahan, kebimbangan, dan lain-lain. 

Stres juga harus dibedakan dengan stresor. Stresor adalah sesuatu yang menyebabkan stres. Stres itu sendiri adalah akibat dari interaksi(timbal-balik) antara rangsangan lingkungan dan respons individu. 

Terjadinya stres tergantung pada stresor dan tanggapan seseorang terhadap stresor tersebut. Stresor meliputi berbagai hal. Lingkungan fisik bisa menjadi sumber stresor, seperti suhu yang terlalu panas atau dingin, perubahan cuaca, cahaya yang terlalu terang atau gelap, suara yang terlalu bising dan polusi merupakan sumber-sumber potensial yang bisa menjadi stresor. Kepadatan juga bisa mengakibatkan stres. Penduduk yang tinggal di kampung-kampung yang kumuh yang biasanya membagi ruang geraknya dengan banyak orang lain, cenderung lebih mudah meledak dibanding dengan penduduk yang tinggal di area yang kurang padat.(Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan, dan Perkembangan)

General Adaptation Syndrom (GAS)

Teori Sindrom Adaptasi Umum ini dikenalkan oleh Selye. Meskipun teorinya bersifat umum,, tapi teori ini cukup membantu untuk memahami reaksi individu terhadap stres. Selye berpendapat bahwa tubuh berekasi secara sama ketika menghadapi stres, tidak peduli apapun jenis stresornya. Jadi dengan kata lain reaksi pertahanan fisiologis yang dilakukan oleh tubuh ketika menghadapi stresor merupakan pola-pola reaksi yang universal/sama pada setiap orang. Reaksi pertahanan fisiologis ini bertujuan untuk melindungi organisme dan menjaga integritasnya supaya organisme tersebut tetap survive. Asumsi kedua yang dikemukakannya, bila stres berlangsung dalam jangka waktu yang lama sehingga reaksi pertahanan fisiologis juga berlangsung dalam waktu lama dan bahkan mengalami peningkatam, maka ini akan mengakibatkan terjadinya "penyakit adaptasi", yaitu penyakit atau gangguan yang terjadi sebagai akibat atau harga dari adaptasi yang dilakukan terhadap stres yang berkepanjangan tersebut. 

Tubuh memiliki tingkat resistensi normal, yaitu tingkat resistensi ketika tubuh dalam kondisi biasa (tidak menghadapi stres). Pada saat menghadapi stres tingkat resistensi ini  mengalami perubahan dengan tujuan agar mampu beradaptasi dengan stres yang dialami.

Bila stres berlangsung secara terus menerus karena stresornya tetap eksis, maka tingkat resistensi tubuh akan mengalami peningkatan di atas tingkat yang normal dengan tujuan untuk melakukan adaptasi terhadap stresor tersebut sehingga individunya bisa berfungsi dengan optimal. (Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 51-54)

Tipe-Tipe Stres  
  1. Frustrasi :  Frustration atau frustasi lazim disebut pula frustasi . Artinya, hambatan, kegagalan, rintangan,. Definisi menurut Katz B, and Lehner G.F.J., Frustration has been defined: as the blocking of a desire or needFrustrasi merupakan rintangan terhadap dorongan atau kebutuhan, dorongan manusia yang banyak sekali jumlahnya, sudah selayaknyalah bahwa semua itu tidak dapat dipenuhi secara bersama-sama, ada pula yang tidak dapat dipenuhi secara wajar. Abe Arkoff juga memberi definisi sebagai berikut :   
    Frustation is a process which our behaviour is blocked. Bahwa frustasi itu suatu proses dimana tingkah laku kita terhalang. Oleh karena kebutuhan, manusia bertindak atau berbuat atau bertingkah laku untuk mencapai tujuan yaitu melayani kebutuhan yang sesuai dengan dorongan. Selain itu Arkoff menambahkan lagi:
    Frustration is as the state of feeling which accompanied the thwartin. Frustrasi itu suatu keadaan perasaan yang disertai proses rintangan.
    Kebutuhan atau dorongan manusia yang bersifat fundamental  itu menimbulkan ia bertingkah laku/berbuat dalam bentuk apapun untuk mencapai tujuan sering mendapat halangan atau kekecewaan. Maka dapat dikatakan, bahwa dalam mengalami frustrasi sangat tergantung pada tanggapan masing-masing terhadap situasi atau keadaan dan cara-cara mengekpresikan frustrasi itu. Misalnya sesuatu keadaan atau situasi membuat dua orang sama-sama mengalami frustrasi, sebenrarnya mereka mempunyai dasar pengalaman yang berbeda sehingga tingkah laku mereka selanjutnyapun akan berbeda. Perasaan-perasaan frustrasi itu bermacam-macam kualitas dan kuantitasnya. Jarak dan dalamnya suatu keputus-asaan, kemarahan ataupun kasih sayang kadang-kadang merupakan peristiwa yang menyenangkan serta membantu memberi kekuatan dan memberikan rangsang.

  2. Konflik
    Konflik (conflict) disebut pula pertentangan batin. Abe Arkoff dalam bukunya menjelaskan A conflict involves a competition among several patterns oh behaviour. 

    Konflik suatu persaingan antara berbagai pola-pola perbuatan selain itu:
    Conflict is as a state feeling accompanying tghe processof conflict. Konflik sebagai suatu keadaan perasaan yang disertai proses pertentangan. Sebagaimana frustrasi, konflik adalah pertentangan hambatan terhadap tercapainya suatu tujuan 

    Menurut Morgan dalam buku Lazarus (1961) bahwa konflik dua hal yang sama-sama diminati disebut approach-approach conflict. Semua yang bernilai positif dapat disebut konflik angguk-angguk, karena semuanya diingini, sehingga yang bersangkutan menjadi bingung. 

    Bila seseorang menghadapi suatu hal, tetapi mempunyai satu sisi sangat diminati dan sisi lainnya yang sangat tak disenangi disebut approach avoidance conflict. Dapat disebut konflik angguk-geleng, sehingga yang bersangkutan  juga bingung. 

    Hal yang positif akan dihambat oleh yang negatif. Kadang-kadang tidak hanya satu permasalahan yang dihadapi sehingga kebingungannya bertubi-tubi. 

    Selanjutnya bila menghadapi dua hal yang bernilai negatif. Dua hal yang kedua-duanya tidak diminati, tidak diingini, namun harus dihadapi, disebut avoidance-avoidance conflict. Karena semuanya bernilai negatif, dapat dikatakan pula konflik geleng-geleng, dan karena terlalu bingung maka cenderung melarikan diri (to leave the field).(Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: PT Rineka Cipta)

  3. Tekanan  
    Tekanan berlaku apabila unsur-unsur yang mendesak atau menekan melebihi keupayaan kita untuk menanganiny. Tekanan yang sederhana boleh menjadi suatu bentuk dorongan yang kuat. Ia dapat menolong tubuh dan mind kita untuk bekerja dengan baik dan menyumbang kepada kesehatan mental. Cara kita menangani tekanan yang dihadapi amat penting dalam menentukan kesehatan mental dan fisikal. 

    Tekanan luar biasa yang berkepanjangan dan keterlaluan merupakan sesuatu yang merisaukan. Ia mempunyai kesan-lesan psikologi yang negatif dan memberi kesan buruk kepada jantung dan rangka otot. Hal ini akan membawa kepada beberapa penyakit seperti sakit perut, tekanan darah tinggi dan migran. (http://pmr.penerangan.gov.my/index.php/sosial/622-pengenalan.html)

  4. Kecemasan (Anxiety)
    Dalam kehidupan sekarang ini sering dikatakan "age of anxiety" abad kecemasan. Tetapi sepanjang sejarah kehidupan manusia terjadi kecemasan. Kecemasan, ketakutan adalah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan, dijelaskan oleh Abe Arkoff sebagai berikut: Anxiety as a state of arousal caused by threat to well-being.  

    Macam-macam kecemasan:
    1. Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah. Misalnya seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau keyakinanny. Seorang pelajar/mahasiswa menyontek, pada waktu pengawas ujian lewat di depannya berkeringat dingin, takut diketahui.
    2. Kecemasan karena akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam dirinya. Misalnya kendaraan yang dinaiki remnya macet, menjadi cemas kalau terjadi tabrakan beruntun dan ia sebagai penyebabnya.
    3. Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang, bahkan yang ditakuti itu hal/benda yang tidak berbahaya. Rasa takut sebenarnya suatu perbuatan yang biasa atau wajar kalau ada sesuatu yang ditakuti dan seimbang. Bila takut yang sangat, luar biasa dan tidak sesuai terhadap objek yang ditakuti seperti patologis yang disebut phobia. Phobia adalah rasa takut yang sangat atau berlebihan terhadap sesatu yang tidak diketahui lagi penyebabnya. (Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: PT Rineka Cipta)


    Symptom Reducing Responses  terhadap Stres
Respon terhadapt stress berhubungan dengan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism). Mekanisme Pertahanan ada yang bersifat positif dan ada pula yang negatif.
  1. Kompensasi :
    Kompensasi atau compensation dari kata compensate artinya mengganti kerugian, atau mengisi kekurangan. Bentuk kompensasi itu adalah: kompensasi langsung, kompensasi tidak langsung dan kompensasi berlebihan.
  2. Sublimasi : atau sublimation  dari kata sublimateartinya nmemperhalus atau memperindah. Dalam mekanisme pertahanan berarti menyalurkan dan memperhalus dorongan-dorongan yang bersifat egoistis, nafsu-nafsu animal dan dorongan-dorongan yang kurang sehat. Sehingga dapat diterima oleh masyarakat secara baik karena bermanfaat dan tidak bersifat mengganggu. Contohnya, seorang yang gagal dalam percintaan, mencurahkan kasih sayang untuk mengasuh anak-anak yatim piatu.
  3. Melamun : Day dreaming dari day dream artinya melamun atau merenung yang bersangkutan lari dari kenyataan menghindari probelm ke alam khayalan. Seolah-olah ia telah melakukan apa ang diinginkan itu, ia telah merasa mendapat sukses.
  4. Rasionalisasi : Rasionalitation atau rasionalisasi dari kata ratio atau akal, masuk akal. Rasionalisasi adalah mengisi kekurangan dengan menutup kesalahan/rintangan. Hal yang tidak masuk akal dengan alasan-alasan diubah menjadi masuk akal agar dapat memuaskan harga dirinya, serta diakui oleh masyarakat.
  5. Identifikasi : Identification atau identifikasi, pengertian indentifikasi hampir sama dengan menitu. Seseorang yang mengalami kegagalan meniru atau menyamakan dirinya dengan orang lain yang mencapai sukses.Bila orang lain mengalami sukses ia ikut merasakan seolah-olah ia yang mendapat sukses, hingga ia merasa puas dan bahagia. Kepuasan yang dicapai ini sebenarnya kepuasan semu.
  6. Proyeksi : Projection atau proyeksi, suatu usaha untuk memproyeksikan atau melemparkan kekurangan diri sendiri kepada orang lain. Jadi kesalahan atau kekurangan sendiri dipantulkan pada pihak lain.
  7. Represi: Repression atau represi, suatu usaha menghilangkan kekecewaan atau kekurangan dengan jalan melupakannya. Yaitu apa yang disadari itu dimasukkan ke dalam alam tak sadar, bahkan dapat pingsan dalam beberapa waktu.
  8. Regresi : Regression atau regresi artinya kembali ketingkat sebelumnya (mundur). Regresi adalah suatu usaha untuk menghilangkan kesusahan, kesukaran atau kekecewaan dengan jalan kembali ketingkat perkembangan sebelumnya, sebab pada masa perkembangan yang dialami mendapat kesukaran ia menangis, akhirnya segera diperhatikan dan dilayani oleh orang tuanya dan ia mendapat kepuasan.
  9. Pemindahan: Displacement atau pemindahan, suatu usaha untuk menghilangkan kesusahan. kekecewaan dengan jalan memindahkan pada objek lain.
  10. Dissosiasi : Dissociation atau disosialisasi. Suatu usaha untuk menghilangkan kesusahan atau kekecewaan dengan jalan melarikan diri dari hal-hal yang tidak menyenangkandengan cara yang tidak masuk akal.
  11. Fiksasi: Fixation atau fiksasi artinya pembatasan. Suatu usaha untuk menghilangkan kekecewaan dengan membatasi tingkah laku tertentu yang khas yang memberi keamanan
  12. Konversi: Conversion atau konversi, suatu usaha untuk menghilangan kekecewaan atau kegagalan-kegagalan dengan jalan mempersangat keadaan sakit.
  13. Isolasi: atau Isolation  adalah usaha menghilangkan perasaan yang mengikuti situasi menyakitkan. Misalnya karena kematian ibunya, rasa sedih dan penyesalan dikatakan, ibu telah bahagia di sana. Jadi situasi yang menyakitkan diisolasikan (Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: PT. Rineka Cipta)

Pendekatan Problem Solving

Ada berbagai cara untuk mengatasi stres. Kalau akibat stres telah memengaruhi fisik dan bahkan menimbulkan penyakit tertentu, peranan obat/medikasi biasanya diperlukan. Namun obat itu sendiri kurang efektif untuk mengatasi stres dalam jangka panjang. Ada efek negatif bila menggunakan obat terus-menerus. Disamping obat tertentu membutuhkan biaya mahal, obat juga bisa mengakibatkan ketergantungan dan bahkan membuat orang tertentu kebal terhadap obat tertentu.

Beberapa teknik terapi telah dikembangkan dan dicobakan untuk mengatasi stres ini. Biofeedback adalah suatu teknik untuk mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untukmenguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback agak kurang efektif untuk digunakan secara praktis. 

Seringkali istirahat dan melakukan olahraga yang teraturdisebut-sebut sebagai salah satu cara yang efektif untuk mencegah dan menyembuhkan stres. Memang cara hidup yang teratur membuat seseorang tidak mudah terkena stres. 

Relaksasi adalah teknik yang paling efektif untuk menyembuhkan stres. Ada berbagai teknik relaksasi, tetapi yang biasa digunakan adalah teknik relaksasi dengan mengendurkan otot-otot seluruh tubuh, kemudian pengendoran dilakukan pada bagian-bagian tubuh yang sering mengalami stres. Semakin lama berlatih teknik relaksasi, orang akan semakin peka dan semakin spontan untuk dapat merasakan bagian tubuh yang mana yang terkena stres dan semakin mudah untuk mengembalikan pada keadaan semula.  (Siswanto. 2007.Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit ANDI)

Minggu, 28 April 2013

Tulisan 1: Teori Kepribadian Sehat

Teori Kepribadian Sehat 

G.W. Allport: ciri-ciri kepribadian matang

Gagasan sejak 1930-an dalam psikologi mengenai kuantifikasi atau pencarian dasar-dasar ketidaksadaran yang mendorong tingkah laku manusia. Allport mempunyai pandangan lain, ia mengadakan penyelidikan secara kualitatif dan mengutamakan dorongan-dorongan sadar. Ia mengajukan batasan: kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukkan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dalam Sumadi Suryabrata (1982). Dalam batasan ini ditekankan pada individualitas yang khas/unik benar-benar dengan cara menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiologis dan lingkungan psikologis. 

Dalam perkembangan kepribadian, Allport menyatakan bahwa neo natus belum mempunyai kepribadian. Pada waktu lahir memang telah mempunyai potensi fisik maupun temperamen , berupa dorongan-dorongan nafsu dan reflek Gerakan otot belum terdeferensi. Aktualisasinya tergantung pada kematangan dan perkembangan. Pada masa anak mempunyai tegangan dan perasaan tak enak, karena didorong oleh kebutuhan mengurangi ketidakenakan dan mencari keenakan dengan proses diferensiasi dan integrasi yang berlangsung terus-menerus. Anak kecil menunjukkan perbedaan kualitas yang cenderung untuk menjadi tetap dan menjadi cara penyesuaian pada masa selanjutnya. Allport menyimpulkan: beberapa tingkah laku anak merupakan perintis bagi pola-pola kepribadian selanjutnya setelah manusia menjadi dewasa, egonya selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas merupakan inti dari tujuan dan aspirasi masa depan. Individu yang normal mengerti atau menyadari apa yang dikerjakan dan mengapa dikerjakan. Mengerti tujuan dan aspirasi mereka bila ingin memahami orang dewasa. Motif-motif tidak berakar pada masa lalu, tetapi bersandar pada rencana-rencana masa yang akan datang. Sebaliknya tergolong tidak normal kalau tindakannya tak terencana, tidak mengerti apa dan mengapa melakukan dan tidak mengerti tujuan hidup.


Secara ideal manusia dewasa yang mempunyai kematangan atau kedewasaan utuh atau pribadi dewasa mempunyai hal-hal sebagai berikut: 

1. Extention of Self  
Mempunyai proyeksi ke masa depan, merencanakan, mengharapkan (planning, hoping). Harus dapat mengambil bagian dan menikmati bermacam-macam kegiatan. Tidak terikat secara sempit pada kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan dan kewajiban langsung saja 

2. Self Objectification
Ada dua komponen pokok yaitu insight dan humor. Insight adalah kecakapan individu untuk mengerti dirinya, humor adalah kecakapan untuk mendapatkan kesenangan dan hal yang mentertawakan serta kecakapan untuk mempertahankan hubungan positif dengan dirinya dan objek yang disenangi dan dapat mengerti adanya ketidakselarasan .

3. Filsafat hidup/Phisophy of life  
Individu dalam menikmati hidup secara objektif, harus di dasari latar belakang yang memberikan arti dan tujuan dalam hidup. Uraian tersebut merupakan manusia dewasa ideal, dalam kehidupan ini, banyak orang yang belum mempunyai kematanganm namun sampai batas-batas tertentu berfungsinya sifat-sifat itu didasari dan rasional. Mengenai jalannya perkembangan bagi Allport tidak penting, yang penting adalah yang ada saat ini.  (Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental: Dalam Kehidupan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 24-25)

Carl Rogers : Perkembangan Kepribadian 

Kunci utama sudut pandang Rogers adalah bahwa orang cenderung berkembang ke arah yang positif; dengan kata lain, mereka akan memenuhi potensi mereka kecuali kalau mereka mengalami rintangan. Pemikiran ini dapat ditelusuri sampai ke filsuf politik Prancis abad ke-18, Jean Jacques Rousseau, yang percaya bahwa semua orang pada dasarnya adalah baik. Rousseau berpendapat bahwa sekolah seharusnya mendukung ekspresi diri alih-alih mendisiplinkan perilaku yang "tidak pantas". Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh psikolog humanistik. Menurut Rogers, orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang memiliki konsep diri yang luas yang mampu memahami dan menerima berbagai perasaan dan pengalaman. Kontrol diri yang berasalh dari dalam diri seseorang adalah lebih sehat daripada kontrol yang dipaksakan dan berasal dari luar. 

Rogers memakai pendekatan fenomenologis yang mengharuskan individu mendefinisikan bebagai isu penting. Fokus pendekatan humanistik terletak pada apa yang disebut experiencing person. Yang perlu diperhatikan adalah diskrepansi antara apa yang seseorang pikirkan tentang dirinya dengan total keseluruhan pengalaman yang ia alami. Ketidakmampuan untuk menerima aspek mengenai diri sendiri merupakan penghalang pertumbuhan pribadi. (Friedman, Howard S. Schustack, Miriam W. 2008. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.343)

Abraham Maslow: hierarki kebutuhan manusia (aktualisasi diri) 

Maslow membagi kebutuhan organisme menjadi dua kategori. Pertama, ia mengidentifikasi beberapa kategori kebutuhan defisiensi-kebutuhan "D" (atau "motif D") - yang penting dalam pertahanan hidup. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan biologis utama seperti makanan, air, seks, dan tempat tinggal. Kebutuhan akan rasa aman mencakup kebutuhan akan keadaan yang umumnya bisa diprediksi, yang membuat dunia menjadi masuk akal. Kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta mencakup hubungan psikologis yang mendalam dengan orang lain. Dan kebutuhan akan penghargaan mencakup penghargaan terhadap diri sendiri dan  orang lain. Semua kebutuhan "D" ini memotivasi kita untuk menghadapi defisit- kita butuh sesuatu untuk mengisi dorongan atau kekosongan, kemudian menciptakan kembali keadaan homeostatis (keseimbangan tubuh). 

Maslow berpendapat bahwa kondisi sosial yang tepat dibutuhkan untuk mendukung tercapainya aktualisasi diri tingkat tertinggi; artinya orang tidak dapat mencapai level "being" ("tingkat B", dengan "nilai B" atau "motif B") apabila sibuk memuaskan kebutuhan dasar mereka. Kita biasanya tidak bisa mencapai seluruh potensi manusia kita dan mencari kebenaran serta keindahan apabila kita kekurangan makanan, keamanan, cinta dan penghargaan. 

Maslow menyusun seluruh kebutuhan dalam satu hierarki. Seperti pada teori psikoanalisis, dorongan biologis terletak di hierarki yang lebih rendah, sama seperti pada kebanyakan makhluk hidup. Terlepas dari teori psikoanalisis, kebutuhan manusia yang lebih tinggi juga dianggap sebagai kebutuhan biologis, tetapi juga lebih dari sekedar itu. (Friedman, Howard S. Schustack, Miriam W. 2008. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.353)
(image from: http://ruangpsikologi.com/hirarki-kebutuhan-manusia-dari-maslow/)


Erich Fromm: ciri-ciri kepribadian sehat

Erich Fromm mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Berdasarkan pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnnya sangat manusiawi.

Kepribadian yang sehat menurut Erich Fromm adalah penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat,  merupakan kompromi antara kebutuhan-kebutuhan batin dan tuntutan dari luar, dan seseorang menerapkan karakter sosial untuk mememenuhi harapan masyarakat. Kepribadian yang sehat juga juga ada pada keinginan untuk mencintai dan dicintai dalam bukunya yaitu "Art of Love" seperti dikutip oleh Erich Fromm dalam masyarakat yang sehat (Terjemahan Thomas Bambang Murtianto, 1995), ia  menulis: 
"Manusia setelah menemukan lewat pengalamannya bahwa cinta seksual (genital) memberinya kepuasan puncak, maka makna cinta seksual-genital menjadi prororipe bagi semua bentuk kebahagiaan manusia. Karenanya manusia terdorong mencari kebahagiaan yang ada kaitannya dengan hubungan seks, menempatkan erotisme genital sebagai pusat kehidupannya. Dengan melakukan itu manusia menjadi sangat bergantung dengan dunia luar, pada obyek cinta pilihannya, atau sungguh merasa kehilangan bila ditinggal mati atau ditinggal kabur" (http://psychologydaily.blogspot.com/2011/03/kepribadian-sehat-menurut-maslow-dan.html)
Cinta bukanlah keadaan seseorang alami, ataupun sekedar fenomena semu yang tidak memiliki arti nyata. Cinta membutuhkan pengetahuan, usaha dan pengalaman. Kapasitas untuk mencintai harus dikembangkan kerendahan hati dan disiplin. Menurut Fromm, cinta adalah jawaban untuk pertanyaan yang tidak terjawab-masalah eksistensi manusia. Cinta membuat kita mampu mengatasi keterasingan kita dari orang lain, tetapi dengan tetap menjaga integritas individual kita. Fromm mengemukakan bahwa cinta tidak mungkin ada tanpa kepribadian yang dewasa dan produktif. Oleh karena itu pendektan Fromm tentang manusia yang sehat dan utuh digambarkan melalui "karakter produktif", yang berusaha melampaui konteks biologis dan masyarakat, dan yang menggunakan otaknya untuk mencintai dan berkreasi dalam cara manusia yang unik. (Fromm & Maccoby, 1970).

From khawatir bahwa dalam masyarakat modern, kita teralienasi dari diri kita sendiri, dari orang lain, dan dari alam. Kita sering kali tidak menyadari kebutuhan kita untuk mencapai transendensi dan kesatuan. Kita berusaha untuk menutupi alienasi dalam diri ini dengan cara "bersenang-senang". Saat kita belu dewasa, dunia terlihat seperti satu payudara besar dan kita menjadi penghisapnya. Untuk mengatasi aliensi eksistensi dari masyarakat modern ini, Fromm berpendapat bahwa kita harus bisa bersabar, berkonsentrasi, dan hidup secara aktif di masa kini, dalam mengatasi narsisme kita. Ironisnya, walaupun manusia semakin mendapat kebebasan seiring berjalannya waktu, kita semakin merasa cemas dan kesepian. Apabila kita tidak melawan rasa kesepian dan isolasi ini dengan cara bekerja dengan penuh kasih untuk menolong orang lain, kita mungkin memilih jalan yang sebaliknya : Kita mungkin melarikan diri dari beban kebebasan dengan menyerahkan pada seorang diktator atau kekuatan otoriter lainnnya.
(Friedman, Howard S. Schustack, Miriam W. 2008. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.339-340)