Senin, 29 April 2013

Tulisan 3: Koping

KOPING

Akibat stres berkepanjangan adalah terjadinya kelelahan baik fisik maupun mental, yang pada akhirnya melahirkan berbagai macam keluhan/gangguan. Individu menjadi sakit. Namun sering kali penyebab sakitnya tidak diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari lagi tekanan/stres yang dialaminya. Tanpa disadari, individu menggunakan jenis penyesuaian diri yang kurang tepat dalam menghadapi stresnya.

Sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang sehat/baik/sesuai dengan stres yang dihadapi, meskipun stres/tekanan tersebut tetap ada, indivu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup secara sehat. Bahkan tekanan-tekanan tersebut akhirnyab justru akan memungkinkan individu untuk memunculkann potensi-potensimanusiawinya dengan optimal. Penyesuaian diri dalam menghadapi stres, dalam konsep kesehatan mental dikenal dikenal dengan sitilah koping (coping)

PENGERTIAN DAN JENIS COPING

Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental. Koping berasal dari kata coping yang bermaknsa harafiah pengatatasan atau penanggulangan (to cope with: mengatasi, menanggulangi). Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving). 

Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:
  1. Tindakan Langsung (Direct Action): setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialaminya.
  2. Peredaan/Peringanan (Palliation): Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/menghilangkan/menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan/fisik, motorik atau gambaran afeki dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. 
 
JENIS-JENIS KOPING
 
Harber & Runyon (1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif:
  • Penalaran (Reasoning): yaitu prnggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudia memilih salah satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi, kemudian membaut alternatif-alternatif pemecahannya, kemudia memilih alternatif yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
  • Objektifitas : yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalran maupun tingkah laku. 
  • Konsentrasi: Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi.
  • Humor: Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang, dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
  • Supresi : Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan rekasi yang lebih konstruktif.
  • Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas: yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidakjelasan tersebut.
  • Empati: Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain. 
 
APA (1994) yang menerbitkan DSM-IV juga menyebutkan sejumlah koping yang sehat yang merupakan bentuk penyesuaian diri yang paling tinggi dan paling baik (high adaptive level) dibandingkan dengan jenis koping lainnya, yaitu:           
 
  1. Antisipasi : berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berharap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengatisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut.
  2. Afiliasi: berhubungan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabt dengan mereka.
  3. Altruisme: merupakan salah satu bentuk kopingdengan cara mementingkan kepentingan orang lain.
  4. Penegasan Diri (Self Assertation) : individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
  5. Pengamatan diri (Self Observation): Pemngamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri dan seterusnya.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar